6 research outputs found

    Integration PS-InSAR and MODIS PWV Data to Monitor Land Subsidence in Semarang City 2015–2018

    Get PDF
    Land Subsidence is a slow on set disaster that can be found in coastal areas such as Semarang City. The cause is changing natural conditions and human activities. The observation method that is often done for this phenomenon is GNSS observation. The GNSS observations do not cover the entire area are the disadvantages of this method. Solution that can be used is to use a multi-temporal Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) method called Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR). In its application, PS-InSAR has a problem in the form of tropospheric errors that cause signal interference on SAR sensors when making acquisitions that contained in every Synthetic Aperture Radar (SAR) image. MODIS with the NIR band provide Precipitable Water Vapor (PWV) to estimate water vapor levels in the atmosphere. This component can be used in the PS-InSAR in order to eliminate the tropospheric effect on each image so that errors can be minimized and optimize the work of the PS-InSAR method. Based on the value of PS-InSAR before and after tropospheric correction, it is known that the area of Semarang City experienced a rate of land subsidence and the rate of uplift. Land subsidence rate occurs along the northern region, northeast to the east of Semarang City. Uplift rate only occurs in the southeast region due to dumping excavation activities for development and Banjir Kanal Barat due to the river revitalization process. Overall, Semarang City has experienced a land subsidence from 0 to 6.753 cm/year

    Penggunaan Generic Atmospheric Correction Online Service For InSAR (GACOS) Pada Pemantauan Penurunan Muka Tanah di Kota Semarang Metode Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar

    Get PDF
    Wilayah pesisir merupakan tempat yang potensial dalam bermukim dan memanfaatkan sumber daya alam. Kemudahan akses dan daerah yang berpotensi untuk dikelola sehingga sebagian besar permukiman padat penduduk berada di wilayah tersebut. Salah satu akibat dari aktivitas dapat dilihat pada wilayah pesisir seperti Kota Semarang yang mengalami penurunan muka tanah yang disebabkan berbagai faktor alam dan buatan manusia. Metode pengamatan yang sering dilakukan untuk fenomena ini adalah pengamatan GNSS. Interval jarak yang terlalu jauh antar stasiun menyebabkan beberapa area tidak tercakup dalam pengamatan penurunan muka tanah dengan pengamatan GNSS receiver. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan teknologi Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) secara multi-temporal yang disebut Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR). Pada aplikasinya, PS-InSAR memiliki permasalahan berupa kesalahan troposfer yang menyebabkan percepatan atau pelambatan sinyal pada sensor SAR saat melakukan akuisisi yang terkandung pada tiap citra Synthetic Aperture Radar (SAR). Metode koreksi troposfer Generic Atmospheric Correction Online Service for InSAR (GACOS) yang digunakan pada metode PS-InSAR akan dapat mengeliminasi efek troposfer pada masing-masing citra sehingga kesalahan dapat diminimalkan dan mengoptimalkan kerja metode PS-InSAR. Berdasarkan hasil PS-InSAR sebelum dan sesudah terkoreksi menunjukkan bahwa wilayah di Kota Semarang yang mengalami penurunan muka tanah terbesar adalah Kecamatan Genuk, Kecamatan Pedurungan dan Semarang Timur. Secara statistik menunjukkan GACOS mampu mempengaruhi hasil PS-InSAR

    Analisis Identifikasi Dampak Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (Uav) (Studi Kasus : Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik)

    Full text link
    Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia terutama di wilayah Semarang yang secara geologi memiliki bentuk topografi berbukit. BPBD Kota Semarang tahun 2016 mencatat bahwa ada 22 kelurahan yang tergolong wilayah siaga bencana longsor yang salah satunya adalah Kelurahan Ngesrep. Dikutip dari Tribun Jateng, 2016, di wilayah Bukitsari, Kelurahan Ngesrep telah terjadi bencana tanah longsor pada tanggal 4 Oktober 2016 yang menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian material. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi dampak bencana tanah longsor untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan meminimalkan terjadinya bencana. Salah satu proses identifikasi dampak tanah longsor adalah dengan memanfaatkan teknologi pesawat tanpa awak (UAV) yang mana dalam proses pengidentifikasian dapat mencakup wilayah yang luas, murah dari segi biaya dan tidak membahayakan jiwa manusia.Proses identifikasi dilakukan memanfaatkan teknologi UAV untuk mengidentifikasi terhadap wilayah terdampak melalui hasil orthofoto UAV. Proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui luas wilayah dan penggunaan lahan yang terdampak. Selain itu dilakukan analisis risiko bencana tanah longsor terhadap wilayah terdampak melalui proses kajian risiko bencana tanah longsor BNBP No.2 Tahun 2012 dan analisis penurunan dan kenaikan muka tanah terhadap wilayah terdampak menggunakan metode penginderaan jauh yakni menggunakan metode DInSAR dengan citra Sentinel 1-A.Dari hasil pengamatan UAV menghasilkan orthofoto memenuhi ketelitian peta dasar kelas 1 pada skala 1:1000 baik secara horizontal maupun vertikal berdasarkan Peraturan Kepala BIG No.15 Tahun 2014 yang digunakan untuk proses identifikasi dampak. Berdasarkan hasil klasifikasi wilayah terdampak bencana tanah longsor dapat diidentifikasi luas wilayah pertama yang terdampak bencana tanah longsor sebesar 1026,339 m² dan luas wilayah kedua yang terdampak bencana tanah longsor sebesar 521 m². Dari klasifikasi wilayah terdampak ini dapat diketahui pula zonasi risiko bencana tanah longsor, penurunan kenaikan muka tanah yang terjadi di wilayah terdampak yang selanjutnya dilakukan validasi untuk diketahui validitas dari hasil yang didapatkan melalui survei lapangan, telaah dokumen dan diskusi dengan pihak Kelurahan Ngesrep

    Analysis of Landslide Disaster Impact Identification Using Unmanned Aerial Vehicle (UAV) and Geographic Information System (GIS) (Case Study: Ngesrep Sub District, Semarang City)

    No full text
    Landslide is a natural disaster that commonly happens in Indonesia, especially in Region of Semarang that geologically has hilly topography. In Semarang city, there are 22 Sub Districts classified as landslide potential areas, which one of them is Sub District Ngesrep, based on to BPBD Semarang. The disaster of landslides can cause human injuries and loss in infrastructure, life, and assets. Disaster management requires identifying for the impact of landslide disaster at a location. One of the methods to identifying the impact of landslide disaster uses UAV technology. UAV technology can be used to collect, map, extract information of landslide and build Digital Model in surface or elevation based on overlapping imageries. Elevation data from UAV are combined with data of rainfall, land cover and geological which will produce the map of the potential landslide disaster. The map of the potential landslide disaster is combined with the result of land cover digitation to determine the impact of landslide disaster

    PEMANFAATAN GEOPORTAL DALAM PEMBUATAN PETA ANCAMAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

    No full text
    Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Salah satu bencana yang intensitasnya tinggi di Indonesia adalah tanah longsor. Tanah longsor merupakan fenomena alam yang dikontrol oleh kondisi geologi, curah hujan dan pemanfaatan lahan pada lereng. Wilayah yang berada di lereng gunung memiliki tingkat ancaman tanah longsor lebih tinggi, salah satunya adalah Kabupaten Karanganyar yang terletak di lereng Gunung Lawu. Pemetaan ancaman bencana menjadi hal wajib karena menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Data yang digunakan dalam melakukan pemetaan bisa diperoleh secara berbayar, maupun tidak berbayar, seperti data yang tersedia pada geoportal Indonesia. Geoportal adalah portal khusus yang berhubungan dengan layanan pencarian dan penggunaan data spasial melalui media internet dengan tujuan agar dapat diakses dengan mudah oleh berbagai pihak terutama dalam pembuatan peta kebencanaan. Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan geoportal di Indonesia untuk menilai ketersediaan data dalam pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. Hasil akhir menunjukkan bahwa secara keseluruhan data yang tersedia pada geoportal mencukupi untuk melakukan pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. Namun, masih ada beberapa data yang tidak didapatkan dari geoportal, seperti data curah hujan, sehingga perlu dikaji ulang terkait kelengkapan dan akses data. Berdasarkan hasil pembuatan peta ancaman tanah longsor didapatkan tiga kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana tanah longsor, baik pada curah hujan rendah, sedang, maupun tinggi adalah Kecamatan Tawangmangu, Jatiyoso, dan Ngargoyoso
    corecore